Seorang pendeta senior pagi ini telpon saya, dan ajak diskusi tentang standar Alkitab tentang pemimpin Papua di kursi Gubernur, Bupati dan Walikota.
Dia mengeluh tentang kota Jayapura yang seharusnya menjadi barometer ” Manfaat Otsus untuk orang asli Papua, ” namun hasilnya orang asli Papua termarginal dan penataan kota amburadul. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan, membuat kota Jayapura tinggal tunggu waktu tenggelam oleh air dan sampah rumah tangga dan pabrik.
Saya hanya diam mendengar. Lalu kami tiba pada diskusi terakhir. Kesimpulannya kesalahanya bukan kepada pemimpin, tetapi kepada kita yang telah percaya dan milih mereka sebagai pemimpin di tanah Papua.
Papua bermasalah bukan karena Presiden Jokowi atau Jakarta. Papua terus bermasalah dan berkonflik karena kita salah pilih pemimpin. Kita telah memilih ” raja – raja kecil ” di Papua selama 20 tahun otsus Papua.
Karena kita salah pilih, hasilnya orang Papua terus hidup dalam lingkaran kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan. Kurang lebih 20 tahun Otsus, hanya menghadirkan neraka di tanah Papua.
Raja – raja kecil ini, yakni Pejabat dan elit Papua, hidup dalam pesta pora uang dan kemewahan selama 20 tahun otsus Papua. Rakyat Papua tetap miskin dan mati kelaparan. Di beberapa kabupaten, penyakit gizi buruk, busung lapar, pelayanan kesehatan yang buruk, telah merengut ribuan nyawa orang Papua, dari bayi, anak – anak, hingga orang dewasa.
Raja – raja kecil ini, mereka tidak merasa bersalah dan berdosa dengan keadaan ini. Bahkan mereka merasa sukses memimpin daerahnya sebagai raja kecil. Perilaku seperti ini, adalah perilaku yang ada rujukannya di Alkitab. Iblis itu datang, hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasahkan ( Yohanes 10 : 10 ).
Para pejabat dan elit politik di parlemen lokal Papua, yang kebiasaan suka mencuri uang atau mengambil lebih dari yang bukan haknya, adalah raja – raja kecil utusan lubang neraka yang harus dihentikan syawat kekuasaannya.
Orang Papua tidak boleh memilih raja – raja kecil untuk duduk di kursi Gubernur, Walikota, dan Bupati. Mereka adalah para koruptor yang harus dihukum dengan tidak memilih mereka. Jangan biarkan tanah Papua menjadi lautan neraka besar lagi untuk. 20 tahun ke depan.
Meskipun para calon kepala daerah ini, mengaku diri orang Kristen, anak injil, anak adat, atau apapun permainan kotor politik identitas yang menjadi atribut politik dia, untuk merebut simpati kita, ๐ท๐ฎ๐ป๐ด๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐ฟ๐๐ถ๐ฝ๐. ๐๐ฎ๐ฟ๐ฒ๐ป๐ฎ ๐ถ๐ฏ๐น๐ถ๐ ๐ท๐๐ด๐ฎ ๐ฏ๐ถ๐๐ฎ ๐บ๐ฒ๐ป๐๐ฎ๐บ๐ฎ๐ฟ๐ธ๐ฎ๐ป ๐๐ฒ๐ฏ๐ฎ๐ด๐ฎ๐ถ ๐บ๐ฎ๐น๐ฎ๐ถ๐ธ๐ฎ๐ ๐๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐ป๐ด, kata Firman Tuhan.
Sudah cukup 20 tahun, otsus Papua dengan uang trilyunan rupiah yang melimpah, dengan hasil, ๐ป๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐ธ๐ฎ ๐ฑ๐ถ ๐ฏ๐๐บ๐ถ ๐ฐ๐ฒ๐ป๐ฑ๐ฒ๐ฟ๐ฎ๐๐ฎ๐๐ถ๐ต. Otsus Papua ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฒ๐ต๐ฎ๐ฟ๐๐๐ป๐๐ฎ ๐ฏ๐ถ๐๐ฎ ๐บ๐ฒ๐ป๐ด๐ต๐ฎ๐ฑ๐ถ๐ฟ๐ธ๐ฎ๐ป ๐๐๐ฟ๐ด๐ฎ ๐ฑ๐ถ ๐๐ฎ๐ป๐ฎ๐ต ๐ฃ๐ฎ๐ฝ๐๐ฎ, iblis mencuri kesempatan itu.
Mari kita hentikan rencana Iblis untuk Papua 20 tahun ke depan. Jangan lagi kita memilih raja – raja kecil, kelompok tikus berdasi menjadi pemimpin di tanah Papua.
Oleh : Marinus Mesak Yaung
Pendeta dan Dosen di Sentani, Papua.
